Jadi Faktor Kematian Tertinggi, INAHEF 2024 Bahas Penanganan TBC dan Smart Healthcare
BOGOR – Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor, Syarifah Sofiah menghadiri International Healthcare Engineering Forum (INAHEF) Tahun 2024 di Smesco Indonesia, Jakarta, kemarin.
INAHEF kali ini mengambil tema ‘Embracing The Future: Smart Healthcare in Indonesia’. Ada beberapa topik yang menjadi pembahasan utama dalam forum teknik pelayanan kesehatan ini.
Seperti isu penyakit Tuberkulosis (TBC) yang menjadi penyakit tertinggi di dunia dimana Indonesia menjadi negara terbanyak kedua penderita penyakit tersebut. Selain itu, dibahas pula mengenai inovasi teknologi dalam pelayanan kesehatan.
Dalam sambutannya, Presiden Perkumpulan Teknik Pelayanan Kesehatan Internasional, Prof Eko Supriyanto mengatakan, topik penanganan TBC menjadi program utama pemerintah saat ini.
“Terutama untuk mewujudkan Indonesia menuju End TB Tahun 2030. Sehingga berkaitan dengan program pemenuhan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) yang lengkap dan modern di seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia,” ungkap Eko.
Sambung Eko, implementasi teknologi Revolusi Industri 4.0 sudah saatnya diterapkan secara terstruktur, sistemik, dan masif dalam pemeriksaan kesehatan serta pencegahan penyakit.
Hal ini termasuk pemeriksaan dan penanganan TBC, pengelolaan pasien TBC, serta peningkatan pelayanan kesehatan bagi 10 penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia secara terintegrasi.
“Secara komprehensif, topik ini akan dibahas dalam Forum Teknik Pelayanan Kesehatan Internasional. Forum ini terdiri dari seminar yang bertujuan menyosialisasikan konsep smart hospital,” ungkapnya.
Sekda Kota Bogor, Syarifah Sofiah mengatakan, di Kota Bogor juga sudah melakukan integrasi pelayanan kesehatan primer. Terutama terkait dengan data-data pengidap penyakit-penyakit, termasuk TBC.
“Dan di Kota Bogor kita sudah punya sistem Si Geulis yang terintegrasi. Kita sudah punya tindakan untuk investigasi terhadap ini. Jadi untuk penangannnya kita sudah lebih siap dan komperehensif,” kata Syarifah.
Syarifah menambahkan, demikian dengan penyiapan fasilitas kesehatan yang ‘smart’. Bahwa sistem kesehatan yang ada saat ini di Kota Bogor tergolong sudah melek digitalisasi. Hanya tinggal menambah komponen-komponen digital lainnya.
“Termasuk nanti jika ditambahkan sistem AI (Artificial intelligence) yang disarankan oleh pemerintah pusat. Bahwa untuk melakukan pendataan apalagi nasional kita tidak mungkin satu persatu. Harus menggunakan teknologi yang semuanya nanti datanya dibaca oleh AI,” jelasnya.
Selain itu, kata Syarifah menambahkan, pemerintah pusat melalui Kemenkes juga mengarahkan dan mendorong seluruh lini menggunakan industri alat kesehatan dari dalam negeri.